NASKAH DRAMA BAWANG MERAH BAWANG PUTIH
Penokohan dan wataknya
1. Fajar Satrio Dermawan = Bawang Putih : Gadis cantik, baik,ramah
penyebar, lembut dan pemaaf (protagonis).
2. Arda Pandini = Bawang Merah : licik,
jahat, dan kasar (Antagonis).
3. Sinta = Ibu bawang merah : janda yang
memiliki watak licik,jahat, dan kasar.
4. Chaya Dwi Arianto = Pangeran : pria tampan
dan kaya, memiliki watak baik dan bijaksana.
5. Chaya Dwi Arianto = Ayah bawang putih :
ayah yang penyayang dan memiliki watak baik dan bijaksana.
6. Arda Pandini = Ibu bawang putih : ibu yang
penyanyang dan memiliki watak yang baik dan lembut.
Bawang Merah Bawang Putih
Pada jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis remaja yang bernama Bawang Putih.
Mereka adalah keluarga yang bahagia
yang hidup rukun, damai dan penuh kasih sayang. Ayah bawang putih adalah
seorang pedagang besar. Hingga pada suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan
akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
( Ibu bawang putih sakit keras )
Ibu Bawang Putih : “Bawang putih”
Bawang Putih : “Iya Bu”.
Ibu Bawang Putih : "Setelah ibu tiada, tetaplah
menjadi anak yang baik dan selalu berbakti kepada ayahmu."
Bawang Putih : [Menitikkan air mata.] "Ibu jangan bicara seperti itu, bawang putih sayang sama ibu..."
Bawang Putih : [Menitikkan air mata.] "Ibu jangan bicara seperti itu, bawang putih sayang sama ibu..."
Ayah : (menundukan kepala, sambil mengelus kepala bawang putih)
(ibu bawang putih meninggal)
Bawang Putih : “ibuuuuuu!! jangan tinggalkan bawang putih ibu. Ayah, mengapa ibu
pergi meninggalkan kita begitu cepat?
Ayah : “ Ini memang sudah takdirnya, nak !
ikhlaskan saja kepergian ibumu “
Bawang Putih : “ [menangis tersedu-sedu] semoga
ibu diterima di sisi-Nya ya ayah !”
Ayah : “ Ya, anak ku. Ibumu yang pasti akan
diterima disisi Allah SWT”
Di desa itu tinggal seorang janda
yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak Ibu Bawang Putih meninggal
ibu Bawang Merah sering berkunjung kerumah Bawang Putih. Dia sering membawakan
makanan, membantu bawang putih membereskan rumah, atau hanya menemani Bawang
Putih dan ayahnya ngobrol
Ibu Bawang
Merah : “ Bawang Putih, ini ada
sedikit makanan untukmu”
Ayah : “loh kok cuma bawang putih aja? Untuk
saya nya mana?
Bawang merah :” pasti ada dong, kan untuk calon
ayah aku hehehehe”
Ibu bawang merah :” ah kamu bisa aja bawang merah”
Bawang Putih : “ Terima kasih banyak bu ! ibu baik sekali. “
Ibu Bawang Merah : “ Ya, sama-sama, ya udah ibu pulang dulu,
ya ! “
Ayah :
“kok cepat amat pulangnya? Ayo makan bareng dulu sambil ngobrol-
ngobrol”
Ibu Bawang Merah : “emmm dilain waktu aja pak, soalnya masih
banyak pekerjaan dirumah “
Bawang putih : “ hati-hati dijalan ya bu,
bawang merah”
Ibu bawang Merah : “ iya, assalamualaikum
Ayah & Bawang Putih : “
waalaikumsalam”
Di perjalanan pulang ke rumah,
Ibu bawang merah dan bawang merah berbincang-bincang mengenai rencana liciknya
untuk mengusai kekayaan yang dimiliki keluarga bawang putih.
Bawang merah : “Bu, Ibu yakin tidak kalau rencana
kita ini akan berhasil?”
Ibu Bawang merah : “Pasti dong, si Tua Bangka itu pasti
akan luluh dengan kita”
Bawang merah : “emang Ibu yakin Bu?”
Ibu bawang merah : “eehh kita lihat saja nanti”.
Dilain sisi ayah Bawang Putih
berfikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu bawang
merah. Dengan pertimbangan dari bawang putih
Ayah : “Bawang putih ayah mau
membicarakan sesuatu kepadamu“
Bawang Putih : “ iya ayah, ayah mau
bicara soal apa?“
Ayah :
“begini nak, kita kan sudah kenal lama sama bawang merah dan ibunya, dan ayah
liat kamu pun sudah dekat dengan mereka. Semenjak ibu kamu meninggal, tidak ada
yang mengurusi kamu, Kamu kan tau ayah sekarang sudah semakin tua, dan tidak
ada yang mengurusi kamu. Sebenarnya ayah ingin menikahi ibu nya bawang merah
tapi sebelumnya ayah ingin bertanya ke bawang putih dulu, apa bawang putih
setuju kalau ayah menikahi ibunya bawang merah?”
Bawang putih : “ iya ayah, kalau
memang itu keputusan ayah bawang putih setuju saja ayah?”
Begitu mendapatkan persetujan dari Bawang Putih , ayah Bawang Putih
mendatangi Ibu Bawang Merah untuk melamarnya. Akhirnya mereka menikah dan Ibu
Bawang Merah beserta anaknya tinggal satu atap dengan Ayah Bawang Putih dan
juga puterinya.
Awalnya ibu bawang merah dan
bawang merah sangat baik kepada bawag putih . Namun lama kelamaan sifat asli
mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang Putih dan kerap memberinya
pekerjaan yang berat jika ayah bawang putih sedang berdagang. Tentu saja Ayah
Bawamg Putih tidak tahu karena Bawang Putih tidak pernah menceritakannya. Suatu ketika ayah Bawang Putih sedang
tidak dirumah.
Ibu :
“ Hei bawang putih kamu jangan
bermalas-malasan aja. Sana bersih-bersih dan bers-beres rumah!“
Bawang Putih : “ Baiklah ibu akan saya laksanakan ! “
Bawang Merah : “ Putih kamu harus membersihkan
kamarku yang berantakan “
Bawang Putih : “ baiklah kak, akan saya kerjakan”
Kemudian ayah bawang putih kembali pulang kerumah, dan disambut oleh ibu
bawang merah.
Ibu: “eh, bapak udah pulang, sinik ibu bawakan tasnya? Ayo kita ke meja
makan pak, ib sudah siapkan makanan kesukaan bapak”
Ayah:” terima kasih bu oh ya anak-anak mana ya? Bawang merah bawang putih?”
BM & BP:” iya ayah”
Ayah:”ayo kesini nak, makan sama-sama”
BM & BP:”baik ayah”
Bawang merah: “ Ayah bawang merah kecapekan tadi abis beres-beres rumah
sendirian”
Ayah:”loh memangnya bawang putih tidak membantu?”
Bawang merah:”tidak ayah, bawang putih tiduran tadi, mungkin bawang putih
lelah habis jalan-jalan”
Ayah:”bawang putih kenapa kamu begitu nak, lain kali ayah tidak mau dengar
hal seperti ini, bantulah kakakmu”
Bawang putih:” iya ayah maafkan aku”
Ibu:”ya sudah pak tidak apa-apa, bawang putih ayo sayang dimakan”
Suatu hari ayah Bawang Putih
jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia
Ayah :
“Bawang Putih sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi karena penyakit ayah
yang hampir menyebar keseluruh
tubuh ayah”
Bawang Putih :” Ayah Putih mohon ayah jangan
tinggalin putih yah!”
Ayah : “ Nak jikalau ayah pergi jaga diri ya, nak ! “
Bawang Putih : “ (menangis) “
Ayah : “ Bu, ayah titip putih ya ? “
Ibu Bawang Merah : “ iya ayah, ibu akan menjaga putih seperti anak ibu sendiri ! “
(ayah bawang putih meninggal)
Bawang Putih : “ a…..yah……., jangan tinggalin
putih, yah” (menangis )
Sejak saat itu Bawang Merah dan
ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang Putih hampir tidak
pernah beristirahat.
Ibu :
” Putih kamu harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan
sarapan untuk saya dan bawang putih, kemudian kamu harus memberi makan
ternak, menyirami kebun, dan mencuci baju ke sungai, lalu kamu harus menyetrika,
dan membereskan rumah, mengerti ! “
Bawang Putih : “ mengerti, ibu ! “
Namun Bawang Putih selalu
melakukan pekerjaaannya dengan gembira, karena ia berharap suatu saat ibu
tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri. Pagi itu seperti
biasa Bawang Putih membawa Bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai.
Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang
biasa dilaluinya
Hari itu cuaca sangat cerah.
Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu
asyiknya, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya hanyut
terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya.
Ketika menyadari hal itu. Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya
Bawang Putih :
“ Aku harus bisa menemukan baju ibu karena itu adalah baju kesayangan ibu
Namun Bawang Putih tidak
berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali kerumah dan menceritakan
kepada ibunya
Bawang Putih :
“ Bu Maafkan Putih baju ibu hanyut terbawa
arus”
Ibu :
“ Apa…..Dasar ceroboh. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari
baju itu ! dan jangan berani pulang ke rumah kalau kamu belum menemukannya ,
mengerti ?
Bawang putih terpaksa menuruti
keinginan ibu tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci
tadi. Matahari mulai meninggi, namun Bawang Putih belum juga menemukan baju
ibunya. Dia memasang matanya dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar
yang menjorok ke sungai siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Bawang putih
pun mencari baju ibunya yang hanyut disungai. Tanpa sengaja bawang putihpun
terpeleset dan jatuh disungai. Seorang pemuda yang sedang berburu pun melihat dan langsung menolong
bawang putih dan langsung memapah bawang putih naik ke daratan.
Bawang Putih : “Terimakasih pangeran telah menolongku saya
harus buru buru”.
Pangeran : “Tunggu! Siapah namamu?”
Karena hari mulai gelap bawang
putihpun terburu-buru pulang karena takut dimarahi oleh ibu dan kakak tirinya.
Ibu:”bawang putih
mana baju saya?”
Bawang putih :
“maafkan saya bu, saya tidak menemukan baju yang
hanyut disungai”.
Ibu :
“Lantas kemana saja kau daritadi? Aku tidak mau tau kau harus menemukannya”.
(membentak)
Bawang Putih :
“Maafkan saya bu”.
Karena pangeran penasaran dengan
gadis yang di selamatkannya disungai, pangeranpun memerintahkan pengawalnya
untuk membuat pengumuman. Keesokan
harinya pengawal kerajaanpun membacakan pengumuman bahwa pangeran mengadakan
pesta yang sangat meriah dibuka untuk umum seluruh gadis di desa dan dikota di bolehkan untuk pergi. Berita
tersebutpun terdengar oleh oleh bawang merah dan bawang putih.
Bawang merah :
“Ibuuuu ada pengumuman dari kerajaan bahwa akan ada pesta yang sangat merah
seluruh gadis di desa dan dikota diperbolehkan untuk pergi… aku harus pergi dan
menemui pangeran”.
Ibu Bawang Merah :
“apaaaa pesta di kerajaan iya kamu harus cantik dan harus mendapatkan pangeran”
Bawang Putih :
“Ibu apakah aku boleh pergi?”
Ibu B M & B M :
“gadis sedekil kamu mau ke pesta hahahahaha” (pergi meninggalkan B P )
Bawang putih : (Terdiam dan sedih)
Hari yang ditunggupun telah tiba
bawang merah sudah berias cantik untuk pergi ke kerajaan. Bawang putih juga
pergi ke kerajaan dengan riasan sederhana dan apa adanya.
Sesampainya di kerajaan
Pangeran :
“Haii engkau kah gadis yang kutemui waktu disungai?”
Bawang putih : “engaku kah lelaki itu wahai pangeran?
Iyaa aku gadis yang engkau selamatkan waktu di sungai”
Pangeran :
“Aku telah jatuh hati
kepadamu, aku selalu memikirkanmu setiap hari… apakah kau mau menjadi
permaisuriku?”
Bawang Putih : “tapi saya harus bertanya kepada ibu dan saudari
saya terlebih dahulu pangeran”
Bawang putih:”ibu bolehkah saya menerima lamaran dari pangeran”
Ibu:”terserah kamu saja bawang putih”
Bawang merah:”(berbisik ke ibunya) ibu kenapa ibu mengijinkan”
Kemudian bawang putih dan pangeran pun menikah dan hidup bahagia
dikerajaan. Pada suatu hari rumah ibu bawang merah dan bawang merah kebakaran,
dan mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi dan jatuh miskin. Lalu pergilah
ibu bawang merah dan bawang merah kekerajaan untuk meminta kepada bawang putih
supaya bisa tinggal bersama bawang putih dikerajaan. Saat itu bawang putih
sedang duduk di teras istana kerajaan.
Ibu:”bawang putih (sambil menangis) rumah ibu kebakaran nak. Sekarang ibu
tidak memiliki tempat tinggal lagi”
Bawang putih:”(terkejut) apa? Yasudah bagaimana kalau ibu dan bawang merah
tinggal disini saja”
Ibu:”terima kasih bawang putih, terima kasih ibu tidak menyangka kamu mempunyai
hati yang sangat mulia nak, maafkan atas perlakuan ibu dan bawang merah
terhadapmu dulu”
bawang merah:”iya bawang putih saya juga meminta maaf”
bawang merah:”iya bawang putih saya juga meminta maaf”
Bawang putih:”sudahlah ibu, kak. Saya sudah memaafkan kalian dari dulu”
Ibu & bawang merah:”terima kasih bawang putih”
Akhirnya mereka tinggal bersama-sama dan hidup bahagia diistana kerajaan.
DAN AKHIRNYA TAMAT DEH……..!
Amanat
atau pesan moral
Amanat yang terkandung dalam drama ini adalah:
1)
Kita
tidak boleh melimpahkan pekerjaan kita kepada orang lain. Selama kita masih
bisa melakukan nya sendiri.
2)
Kita
tidak boleh semena-mena terhadap orang lain.
3)
Selalu
sabar, tabah, menerima keadaan dengan lapang dada, pasti akan membuahkan hasil
yang baik dan memuaskan.
4)
Orang
yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan pula.
Komentar
Posting Komentar